Minggu, 03 Juni 2012

makalah iptek bahan pakan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Industri yang bergerak di bidang pakan ternak di Indonesia bervariasi, mulai dari industri besar sampai industri kecil. Industri-industri tersebut mempunyai hasil produk berupa pakan ternak dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas ransum. Sifat fisik merupakan salah satu metode uji kualitas bahan baku yang sangat penting selain uji secara kimia dan biologis. Data mengenai sifat fisik beberapa bahan baku pakan masih jarang, sehingga belum ada standar mutu secara baku mengenai sifat fisik bahan baku pakan.
Penyediaan pakan ternak unggas di Indonesia saat ini masih mengalami kendala, satu diantaranya adalah masih tingginya komponen penyusun ransum berupa pakan import. Tentu saja hal ini secara langsung berimplikasi terhadap tingginya harga pakan pada tatanan konsumen. Sampai saat ini sekitar 80% dari seluruh komponen penyusun ransum unggas merupakan produk import seperti corn gluten meal (CGM), bungkil kedelai, meat bone meal (MBM) dan tepung ikan. Bungkil kedelai sampai saat ini masih merupakan komponen utama sumber protein nabati pada pakan unggas di Indonesia.
Kondisi demikian diperlukan upaya untuk mencari pakan sumber protein lain sebagai alternatif bungkil kedelai pada ransum unggas. Bahan pakan tersebut disyaratkan tersedia secara kontinyu, produksinya terkonsentrasi pada suatu tempat dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu bahan pakan tersebut adalah bungkil kelapa sawit  yang merupakan hasil samping agroindustri pengolahan sawit menjadi minyak sawit (palm kernel oil).



1.2  Rumusan Masalah

1.      Alasan bungkil inti sawit dijadikan pakan alternative untuk ternak.
2.      Kandungan nutrisi pada bungkil inti sawit.
3.      Cara pembuatan bungkil inti sawit.

1.3  Tujuan
            Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tata cara pembuatan bungkil kelapa sawit agar dapat menjadi ransum alternative ternak dan sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Iptek Bahan Pakan.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Kelapa sawit (Elaeis quneensis jacq) merupakan tanaman yang termasuk keluarga palma yang tumbuh baik di daerah tropis, di Nigeria disebut Orbignya cohune (Hartadi et al., 1980 dalam Aritonang, 1984). Kelapa sawit berasal dari Afrika Barat yang mempunyai iklim tropis sejalan dengan perdagangan budak dari Afrika, bangsa Inggris dan Portugis membawa kelapa sawit ke Amerika.

Kelapa sawit mempunyai bunga yang terdapat dalam satu tandan dan bergerombol. Buah kelapa sawit berwarna merah kehitaman dan mengkilap. Bagian luar dinding buah tebal dan sangat berserat sedangkan bagian dalam buah berwarna putih, bagian dinding tersebut sangat kasar.  Tanaman kelapa sawit mulai dipanen pada umur 3,5-4,5 tahun sejak pembibitan.

Tanaman ini menghasilkan buah sepanjang tahun dan umur ekonomisnya 25 tahun. Buah umumnya berupa berondolan yang terpaut erat dalam bentuk tandan buah. Buah terdiri dari tiga bagian yaitu dinding buah (mesocorp), tempuraung (cangkang atau shell), dan inti (kernel). Setiap pohon mengandung 6 tandan buah yang tumbuh dan matang secara berurutan. Setiap tandan mengandung sekitar 250-600 buah berbentuk berondolan, jumlahnya meningkat menurut umur dan semakin baik penyebarannya. Setiap tandan buah beratnya sekitar 5-30 kg, sekitar 60-65% adalah berondolan. Dalam buah kelapa sawit terdapat biji (nut) dan didalam biji terdapat inti sawit sekitar 4-4,5% dari berat tandan segar.

Bungkil kelapa sawit merupakan salah satu hasil samping pengolahan inti sawit dengan kadar 45-46% dari inti sawit. Bungkil kelapa sawit umumnya mengandung air kurang dari 10% dan 60% fraksi nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukoronoxilan, dan mineral. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik (http://www.bungkil-inti-sawit).

Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan untuk memenuhi energi dan protein. Bungkil inti kelapa sawit mempunyai kandungan protein yang rendah tetapi berkualitas baik. Ternak yang mendapatkan campuran bungkil inti sawit akan mendapatkan lemak yang berkualitas baik. Bungkil kelapa sawit mempunyai kandungan protein dan lisin lebih rendah dari bungkil yang lain tetapi mempunyai daya cerna yang tinggi. Walaupun kandungan protein bungkil inti kelapa sawit rendah dibandingkan dengan bungkil lain seperti bungkil kedelai (44%), bungkil kacang tanah (52%) dan bungkil kelapa (22%) tetapi bungkil kelapa sawit mengandung asam amino yang cukup lengkap. Selain mengandung asam amino yang lengkap, bungkil kelapa sawit mempunyai imbangan kalsium dan fosfor yang serasi. Kandungan kalsium bungkil kelapa sawit sebesar 0,34%, fosfor sebesar 0,69% dan magnesium sebesar 0,16%.

Banyaknya bungkil kelapa sawit yang digunakan untuk bahan pakan ternak berkisar 5 %. Lebih dari itu akan beresiko menurunkan tingkat konsumsi pakan dan berdampak menurunkan tingkat produksi ataupun laju pertambahan berat badan. Itupun jika harganya cukup murah dan bisa diterima setelah proses formulasi. Melihat kandungan nutrisinya (protein 16 – 18 % dan tingkat ketersediaannya berkisar 65 %), bungkil kelapa sawit cocok digunakan sebagai sumber protein dan sumber energi.  Untuk penggunaan dalam pakan ternak diperlukan penambahan beberapa asam amino esensial seperti lysine, methionine dan tryptophan.






Kandungan nutrisi Bungkil Kelapa Sawit
Kandungan nutrisi
Bungkil kelapa sawit
Setelah  difermentasi
Bahan kering, %
90
89,48
Serat kasar
21.7
18,6
Energi Metabolis (kkal/kg)
2087
2413
Protein, %
14,2
22,95
Asam Amino, %


Methionin
0.41
0,51
Lisin
0.49
0,59

Literatur lain menyebutkan kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit adalah sebagai berikut :
No
Zat makanan
Kandungan (%)
1
Bahan kering
92.12
2
Abu
4.01
3
Protein
12.94
4
Serat Kasar
24.88
5
Lemak Kasar
3.81

Keunggulan lain dari bahan makanan ini adalah kemungkinan digunakannya sebagai prebiotik. Prebiotik diterjemahkan sebagai komponen bahan makanan atau zat makanan yang tidak tercerna oleh enzim pencernaan, akan memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan mikroba yang bermanfaat bagi ternak. Zat yang paling sering digunakan sebagai prebiotik adalah karbohidrat dalam bentuk oligofruktosa, oligamanosa, beta mannan dan  oligogalactosa.



Kajian pada dekade terakhir memberikan hasil yang menggembirakan bahwa pemberian bungkil kelapa sawit pada ayam pedaging menurunkan populasi mikroba pathogen seperti Salmonella enteriditis dan meningkatkan populasi mikroba yang bermanfaat buat ternak seperti bifidobakteria.

Kondisi ini bisa dijelaskan bahwa hampir 40% komponen yang terdapat dalam bungkil kelapa sawit adalah beta mannan. Keampuhan beta mannan sebagai prebiotik telah banyak dipublikasi, dan produknya telah dipasarkan dalam bentuk BioMOS. Akan tetapi produk yang ada di pasaran ini diekstrasi dari Yeast. Walaupun secara enzymatik, beta mannan tidak tercerna oleh ternak unggas karena ketiadaan enzyme mannanase, akan tetapi pencernaan secara fisik akan terjadi melalui proses penghancuran beta mannan ke dalam bentuk yang lebih sederhana yakni mannan oligosaccharida, atau mungkin kedalam bentuk yang paling sederhana yakni manosa.

Zat-zat inilah yang bertanggungjawab dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh ternak. Mekanismenya, mannan oligosachharida yang tidak tercerna akan bergerak menuju caeca dan akan difermentasi oleh mikroba yang spesifik memanfaatkan manose sebagai komponen utama mannan, seperti salmonella yang bersifat patogen. Keberadaan subtrat ini akan menarik mikroba patogen (mematikan) ini untuk meninggalkan dinding usus dan menempel pada substrat. Karena tidak tercerna, maka substrat ini akan dibuang dalam bentuk feses, dan ini berati bakteri patogen juga ikut terbuang. Mekanisme lain mungkin terjadi adalah karena substrat mannan oligo saccharida juga ikut meningkatkan populasi bifidobakteria. Bakteri ini akan mensekresi bactericidal yang akan mempengaruhi pertumbuhan species Salmonella.





Cara pembuatan bungkil inti sawit adalah sebagai berikut :



Tandan buah segar









Sterilizer








Mesin pengupas







Buah terkupas dan sabut


Tandan buah kosong


Digester




Penekanan atau pemutaran


Sisa daging buah


Minyak kasar





Penyaringan


Pengeringan dan pemisahan serat

Minyak tersaring


biji


Pembersih secara mekanis


Pengeringan


Pati minyak


Pemecah biji

Minyak bersih Kulit


Pemisahan inti sawit


Minyak inti sawit

Kulit inti








Ekstraks
Bungkil sawit



BAB III
PEMBAHASAN

Harga ransum jadi untuk ternak terus meningkat. Ransum jadi biasanya merupakan formulasi campuran biji-bijian (pada umumnya jagung) dan hasil ikutan pertanian (bungkil kedelai, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil inti sawit, dan polard). Melonjaknya harga pakan jadi menyebabkan banyak usaha ayam pedaging/petelur bangkrut. Harga konsentrat sapi perah pun ikut meningkat.

Kenaikan harga ransum jadi disebabkan oleh tingginya komponen bahan pakan impor, seperti bungkil kedelai dan tepung ikan. Apalagi akhir-akhir ini industri bahan bakar minyak mulai merambah bahanbahan nabati seperti jagung, kelapa sawit, dan ubi kayu. Semua itu akan makin melambungkan harga pakan

Setiap hari kita melihat kelapa sawit. Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku  margarinsabunkosmetika, industri bajakawatradiokulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak gorengsabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan ayam karena mengandung protein, karbohidrat, mineral dan sisa minyak yang masih tertinggal. Penelitian Lubis (1980) menunjukkan konversi pakan yang terendah pada ayam pedaging yang menggunakan tambahan bungkil kelapa sawit sebanyak 5 persen. Dalam penelitian Hartadi (1983) pada ayam pedaging berumur 2 sampai dengan 8 minggu mendapatkan kenaikan berat badan dan konversi pakan akibat pemberian bungkil kelapa sawit. Pada penelitian Sugeng (1994) didapati bahwa bungkil kelapa sawit yang difermentasi dengan ragi tempe dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3

Walaupun kandungan protein bungkil kelapa sawit rendah dibandingkan dengan bungkil lain seperti bungkil kedelai (44%), bungkil kacang tanah (52%) dan bungkil kelapa (22%) tetapi bungkil kelapa sawit mengandung asam amino yang cukup lengkap. Selain mengandung asam amino yang lengkap, bungkil kelapa sawit mempunyai imbangan kalsium dan fosfor yang serasi. Kandungan kalsium bungkil kelapa sawit sebesar 0,34 persen, fosfor sebesar 0,69 persen dan magnesium sebesar 0,16 persen.













BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian bungkil kelapa sawit pada ternak non ruminansia adalah kandungan serat kasar yang tinggi karena sulit dicerna oleh alat pencernaan unggas.
4.2 Saran
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bungkil kelapa adalah nilai nutrisi dibatasi oleh kandungan asam amino lisin dan metionin yang rendah. Oleh karena itu pemberian pakan bungkil kelapa sawit ini harus dibatasi.



















DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2009. Pemanfaatan Bungkil Kelapa Sawit. http://wordpress.com.
Anonim, 2009. Bungkil Kelapa Sawit dan Kandungannya. http://scribd,co,id.
Siregar, Zulfikar. 2010. Bungkil Kelapa Sawit. http://myblog’ss.com
Suratno. 2011. Proses Sawit. http://tanurieen.html.